· Pandangan Amerika Serikat Terhadap Negara Islam Pasca Tragedi 911
Dunia Islam memasuki musim yang pahit sejak Bush melancarkan
kampanye melawan terorisme paska peristiwa 11 September 2001. Dunia Islam
seolah-olah identik dengan kejahatan internasional. Invasi Iraq dan Afghanistan
pun mendapat dukungan internasional. Sementara Dunia Islam banyak dicibir dan
jadi gunjingan berbagai pelosok Negara. Rangkaian peristiwa paska aksi
terorisme di akhir tahun 2001 mencuatkan citra Islam yang buruk didunia
internasional. Berbagai bentuk kecurigaan, penghinaan, pembatasan gerak bagi
kalangan muslim berlangsung di berbagai belahan dunia Barat. Citra buruk ini
sudah tentu menimbulkan dampak luar biasa bagi negara-negara yang mayoritas
penduduknya adalah muslim. Berbagai tekanan yang dilancarkan negara-negara
Barat secara tidak langsung memaksa Negara-negara muslim tersebut bereaksi
sesuai dengan kebutuhan dirinya sebagai anggota masyarakat internasional.
Indonesia, misalnya, pihak Amerika untuk menangkap orang-orang yang
dituduh teroris dan mengesahkan Undang-Undang Anti-terorisme. Malaysia,
Singapura, dan Philipina sibuk melakukan penangkapan orang-orang yang terlibat
aksi terorisme.
·
Hizbullah
Hizbullah adalah organisasi politik dan paramiliter dari kelompok Syiah yang berbasis di
Libanon. Hizbullah didirikan pada tahun 1982 dan mempunyai pengaruh besar dalam
politik Libanon dengan memberikan pelayanan sosial, mendirikan sekolah-sekolah,
rumah sakit, membuka daerah pertanian serta perlayanan lainnya untuk ribuan
warga Syiah Libanon. Dengan sendirinya, Hizbullah kemudian dianggap sebagai
cermin gerakan perlawanan di dunia Arab dan Muslim dunia.Pada awalnya para
pemimpin Hizbullah mengatakan bahwa gerakan ini bukanlah sebagai sebuah
organisasi, oleh karena itu tidak mempunyai kartu anggota, hiraki kepemimpinan
dan struktur organisasi yang jelas.
Israel telah lama menjadi proksi
Amerika Syarikat untuk menguasai kekayaan petroleum di Iran , Iraq, Arab Saudi
dan lain-lain.Amerika menganggap serangan Israel ke Hizbullah ini sebagai
bagian dari rancangan mengatasi terorisme. Meletusnya krisis
israel-lebanon lebih memperburuk situasi timur tengah yang semula sudah kacau
balau. Amerika serikat tidak saja membiarkan israel memperluas peperangan,
tetapi juga secara terang-terangan memveto resolusi dewan keamanan yang
menuntut israel melakukan gencatan senjata serta mengirimkan senjata canggih
untuk mematikan perlawan hizbullah. Konflik israel-lebanon adalah serangkaian
serangkaian tindakan militer dan bentrokan terus-menerus di israel utara dan
lebanon.
Tentara Israel dan Lebanon terlibat baku tembak di
perbatasan
Agresi militer yang dilakukan oleh
israel ini mendapat kecaman dari masyarakat internasional. PBB juga mengutuk
keras tindakan israel tersebut dan berupaya untuk membujuk israel menghentikan
serangannya ke lebanon. Aksi unjuk rasa anti israel terjadi di negara arab,
asia, dan eropa. Negara negara yg tergabung dalam OKI juga mengutuk aksi brutal
israel. Pada tahun 2006 masa pemerintahan bush memutuskan untuk mengirimkan bom
bom berpresisi tinggi untuk membantu israel. Bom bom tersebut merupakan bagian
paket penjualan AS ke israel yg sdh disepakati pada tahun 2005. Pengiriman bom
dilakukan secara diam-diam dan turut serta mengirimkan sejumlah agen intelijen
AS. Reaksi militer israel yang sangat berlebihan di lebanon selatan telah
menewaskan lebih dari 500 warga sipil dan ribuan lainnya kehilangan tempat
tinggal dan keamanan selama ini yang mereka rasakan di lebanon. Operasi militer
israel yang sangat agresif ini telah memposisikan israel sebagai penyerang dan
rakyat lebanon sebagai korban.
Amerika serikat menganggap bahwa
gerakan perlawanan hizbullah di lebanon merupakan gerakan terorisme yang harus
dibasmi. Hizbullah merupakan panghambat ambisi amerika serikat dalam menegakkan
demokrasi di lebanon. Kepentingan amerika serikat dalam mendukung agresi militer israel ke
lebanon tidak lain merupakan upaya AS untuk memenuhi kepentingan nasionalnya,
yakni menguasai ladang minyak timur tengah dan kepentingan dalam distribusi
persernjataan. Dukungan AS tersebut tidak lepas dari pengaruh kelompok zionis
dan kaum neo konservatif dalam pemerintahan bush yang berperan besar dalam
berbagai pengambilan keputusan terkait kebijakan luar negeri AS. Melalui agresi
militer yang dilakukan oleh israel tersebut AS dapat melumpuhkan radikalisme
hizbullah yg sangat anti AS.
Setelah
peristiwa pembebasan tanah Lebanon oleh Hizbullah dan mundurnya Israel dari
Selatan Lebanon, ada kesepakatan antara Amerika dan Israel untuk menghancurkan
Hizbullah. Kesepakatan itu dilaksanakan pada bulan Juli bertepatan dengan bulan
Ramadhan. Modulnya adalah bertepatan dengan pidato Sayyid Hasan Nasrallah di
hari Quds –dimana pesawat-pesawat tempur Israel akan menyerang dan membom
tempat pertemuan tersebut. Pemboman besar-besaran itu akan menewaskan Sayyid
Hasan Nasrallah dan pejabat-pejabat penting Hizbullah sekaligus masyarakat
pendukung Hizbullah. Itu adalah langkah awal. Setelah pemboman tersebut, Israel akan
melakukan serangan besar-besaran untuk menghancurkan kekuatan militer
Hizbullah. Sedianya, rencana Amerika dan Israel demikian. Namun, penyanderaan dua
prajurit Israel lebih cepat dua bulan dari rencana sebelumnya. Ini membuat
rencana mereka dimajukan lebih cepat dua bulan dari rencana yang telah
ditetapkan. Bush dan Olmert tidak mengerti strategi perang karena bukan
prajurit sebelumnya. Berbeda dengan Sharon yang memiliki kecakapan strategi
perang. Sharon mengerti kekuatan militer Hizbullah. Pada akhirnya, Bush dan
Olmert mendesak agar strategi yang telah disiapkan untuk dimajukan. Di saat yang
sama, komandan pasukan gabungan Israel mengajukan keberatan karena tidak siap
untuk melakukan serangan. Namun, perintah telah dikeluarkan dan perang dimulai. Strategi mereka
pada Minggu pertama adalah melakukan pemboman besar-besaran sehingga sebagian
besar kekuatan Hizbullah dapat dilumpuhkan. Setelah melakukan serangan dari
udara, dimulailah serangan melalui jalur darat. Pada saat yang bersamaan,
angkatan udara Israel menyerbu Suriah dan angkatan udara Amerika menyerang
Iran.
Amerika tidak
punya keinginan untuk berperang dengan Iran. Tapi pada waktu itu mereka ingin
memberikan pelajaran kepada Iran dengan serangan itu agar Iran mengalami
kerugian besar. Dengan serangan itu, Amerika berharap Iran mau mengikuti syarat-syarat
yang ditetapkannya. Rencana ini dilakukan di Lebanon dengan membom titik-titik
kekuatan Hizbullah. Harapan mereka lebih dari seribu pos-pos kekuatan Hizbullah
bakal hancur. Ternyata setelah seminggu pemboman Sayyid Hasan Nasrullah muncul di
televisi dan mengumumkan bahwa dalam serangan itu tidak seorang pun dari
pasukan Hizbullah yang syahid. Salah satu sebab mengapa tidak ada satu pun dari
pejuang Hizbullah yang syahid adalah kesigapan Hizbullah menghadapi kondisi
darurat. Setelah menyandera dua prajurit Israel, semua pos-pos Hizbullah telah
dikosongkan. Masyarakat juga diperintahkan untuk keluar dari kawasan yang
berbatasan dengan Israel. Dengan cara ini, pasukan Israel tidak berhasil
mencapai target Minggu pertama serangan mereka. Pada hari kelima, Mahmoud
Ahmadinejad mengumumkan bahwa kapal-kapal perang Amerika di Teluk Parsi akan
disandera oleh Iran. Bush tidak mengerti sindiran itu dan dengan mudahnya
Hizbullah menghantam dan menenggelamkan kapal perang modern Israel. Setelah
serangan itu, Bush menyadari bahwa Iran dalam 15 hingga 20 detik seluruh kapal
perang Amerika di Teluk Parsi dapat dihancurkan oleh Iran sekalipun dengan
gambaran bahwa Amerika berhasil menyerang Teheran dan Isfahan.
Referensi :
Buku
Ash-Shidiq, Ali. (2009). The Story Of Hizbullah
Melihat Lebih Dekat Hizbullah Libanon dengan Kaca Mata Islam. Pustaka Imam Abu Hanifah
Melihat Lebih Dekat Hizbullah Libanon dengan Kaca Mata Islam. Pustaka Imam Abu Hanifah
Prof. Dr. Bambang Cipto, M. (2011). Dunia Islam dan Masa Depan Hubungan
Internasional di Abad 21. Yogyakarta: LP3M Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Qassem, Naim. (2005). Blue Print Hizbullah Rahasia Manajemen Ormas Islam Tersukses di Dunia. Jakarta
Selatan: PT. Cahaya Insan Suci
Website