Monday, 29 June 2015



·         Pandangan Amerika Serikat Terhadap Negara Islam Pasca Tragedi 911

Dunia Islam memasuki musim yang pahit sejak Bush melancarkan kampanye melawan terorisme paska peristiwa 11 September 2001. Dunia Islam seolah-olah identik dengan kejahatan internasional. Invasi Iraq dan Afghanistan pun mendapat dukungan internasional. Sementara Dunia Islam banyak dicibir dan jadi gunjingan berbagai pelosok Negara. Rangkaian peristiwa paska aksi terorisme di akhir tahun 2001 mencuatkan citra Islam yang buruk didunia internasional. Berbagai bentuk kecurigaan, penghinaan, pembatasan gerak bagi kalangan muslim berlangsung di berbagai belahan dunia Barat. Citra buruk ini sudah tentu menimbulkan dampak luar biasa bagi negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Berbagai tekanan yang dilancarkan negara-negara Barat secara tidak langsung memaksa Negara-negara muslim tersebut bereaksi sesuai dengan kebutuhan dirinya sebagai anggota masyarakat internasional. Indonesia, misalnya, pihak Amerika  untuk menangkap orang-orang yang dituduh teroris dan mengesahkan Undang-Undang Anti-terorisme. Malaysia, Singapura, dan Philipina sibuk melakukan penangkapan orang-orang yang terlibat aksi terorisme.


·         Hizbullah
Hizbullah adalah organisasi politik dan paramiliter dari kelompok Syiah yang berbasis di Libanon. Hizbullah didirikan pada tahun 1982 dan mempunyai pengaruh besar dalam politik Libanon dengan memberikan pelayanan sosial, mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, membuka daerah pertanian serta perlayanan lainnya untuk ribuan warga Syiah Libanon. Dengan sendirinya, Hizbullah kemudian dianggap sebagai cermin gerakan perlawanan di dunia Arab dan Muslim dunia.Pada awalnya para pemimpin Hizbullah mengatakan bahwa gerakan ini bukanlah sebagai sebuah organisasi, oleh karena itu tidak mempunyai kartu anggota, hiraki kepemimpinan dan struktur organisasi yang jelas.
Israel telah lama menjadi proksi Amerika Syarikat untuk menguasai kekayaan petroleum di Iran , Iraq, Arab Saudi dan lain-lain.Amerika menganggap serangan Israel ke Hizbullah ini sebagai bagian dari rancangan mengatasi terorisme. Meletusnya krisis israel-lebanon lebih memperburuk situasi timur tengah yang semula sudah kacau balau. Amerika serikat tidak saja membiarkan israel memperluas peperangan, tetapi juga secara terang-terangan memveto resolusi dewan keamanan yang menuntut israel melakukan gencatan senjata serta mengirimkan senjata canggih untuk mematikan perlawan hizbullah. Konflik israel-lebanon adalah serangkaian serangkaian tindakan militer dan bentrokan terus-menerus di israel utara dan lebanon.
Tentara Israel dan Lebanon terlibat baku tembak di perbatasan

Agresi militer yang dilakukan oleh israel ini mendapat kecaman dari masyarakat internasional. PBB juga mengutuk keras tindakan israel tersebut dan berupaya untuk membujuk israel menghentikan serangannya ke lebanon. Aksi unjuk rasa anti israel terjadi di negara arab, asia, dan eropa. Negara negara yg tergabung dalam OKI juga mengutuk aksi brutal israel. Pada tahun 2006 masa pemerintahan bush memutuskan untuk mengirimkan bom bom berpresisi tinggi untuk membantu israel. Bom bom tersebut merupakan bagian paket penjualan AS ke israel yg sdh disepakati pada tahun 2005. Pengiriman bom dilakukan secara diam-diam dan turut serta mengirimkan sejumlah agen intelijen AS. Reaksi militer israel yang sangat berlebihan di lebanon selatan telah menewaskan lebih dari 500 warga sipil dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal dan keamanan selama ini yang mereka rasakan di lebanon. Operasi militer israel yang sangat agresif ini telah memposisikan israel sebagai penyerang dan rakyat lebanon sebagai korban.




Amerika serikat menganggap bahwa gerakan perlawanan hizbullah di lebanon merupakan gerakan terorisme yang harus dibasmi. Hizbullah merupakan panghambat ambisi amerika serikat dalam menegakkan demokrasi di lebanon. Kepentingan amerika serikat dalam mendukung agresi militer israel ke lebanon tidak lain merupakan upaya AS untuk memenuhi kepentingan nasionalnya, yakni menguasai ladang minyak timur tengah dan kepentingan dalam distribusi persernjataan. Dukungan AS tersebut tidak lepas dari pengaruh kelompok zionis dan kaum neo konservatif dalam pemerintahan bush yang berperan besar dalam berbagai pengambilan keputusan terkait kebijakan luar negeri AS. Melalui agresi militer yang dilakukan oleh israel tersebut AS dapat melumpuhkan radikalisme hizbullah yg sangat anti AS.
Setelah peristiwa pembebasan tanah Lebanon oleh Hizbullah dan mundurnya Israel dari Selatan Lebanon, ada kesepakatan antara Amerika dan Israel untuk menghancurkan Hizbullah. Kesepakatan itu dilaksanakan pada bulan Juli bertepatan dengan bulan Ramadhan. Modulnya adalah bertepatan dengan pidato Sayyid Hasan Nasrallah di hari Quds –dimana pesawat-pesawat tempur Israel akan menyerang dan membom tempat pertemuan tersebut. Pemboman besar-besaran itu akan menewaskan Sayyid Hasan Nasrallah dan pejabat-pejabat penting Hizbullah sekaligus masyarakat pendukung Hizbullah. Itu adalah langkah awal. Setelah pemboman tersebut, Israel akan melakukan serangan besar-besaran untuk menghancurkan kekuatan militer Hizbullah. Sedianya, rencana Amerika dan Israel demikian. Namun, penyanderaan dua prajurit Israel lebih cepat dua bulan dari rencana sebelumnya. Ini membuat rencana mereka dimajukan lebih cepat dua bulan dari rencana yang telah ditetapkan. Bush dan Olmert tidak mengerti strategi perang karena bukan prajurit sebelumnya. Berbeda dengan Sharon yang memiliki kecakapan strategi perang. Sharon mengerti kekuatan militer Hizbullah. Pada akhirnya, Bush dan Olmert mendesak agar strategi yang telah disiapkan untuk dimajukan. Di saat yang sama, komandan pasukan gabungan Israel mengajukan keberatan karena tidak siap untuk melakukan serangan. Namun, perintah telah dikeluarkan dan perang dimulai. Strategi mereka pada Minggu pertama adalah melakukan pemboman besar-besaran sehingga sebagian besar kekuatan Hizbullah dapat dilumpuhkan. Setelah melakukan serangan dari udara, dimulailah serangan melalui jalur darat. Pada saat yang bersamaan, angkatan udara Israel menyerbu Suriah dan angkatan udara Amerika menyerang Iran.
Amerika tidak punya keinginan untuk berperang dengan Iran. Tapi pada waktu itu mereka ingin memberikan pelajaran kepada Iran dengan serangan itu agar Iran mengalami kerugian besar. Dengan serangan itu, Amerika berharap Iran mau mengikuti syarat-syarat yang ditetapkannya. Rencana ini dilakukan di Lebanon dengan membom titik-titik kekuatan Hizbullah. Harapan mereka lebih dari seribu pos-pos kekuatan Hizbullah bakal hancur. Ternyata setelah seminggu pemboman Sayyid Hasan Nasrullah muncul di televisi dan mengumumkan bahwa dalam serangan itu tidak seorang pun dari pasukan Hizbullah yang syahid. Salah satu sebab mengapa tidak ada satu pun dari pejuang Hizbullah yang syahid adalah kesigapan Hizbullah menghadapi kondisi darurat. Setelah menyandera dua prajurit Israel, semua pos-pos Hizbullah telah dikosongkan. Masyarakat juga diperintahkan untuk keluar dari kawasan yang berbatasan dengan Israel. Dengan cara ini, pasukan Israel tidak berhasil mencapai target Minggu pertama serangan mereka. Pada hari kelima, Mahmoud Ahmadinejad mengumumkan bahwa kapal-kapal perang Amerika di Teluk Parsi akan disandera oleh Iran. Bush tidak mengerti sindiran itu dan dengan mudahnya Hizbullah menghantam dan menenggelamkan kapal perang modern Israel. Setelah serangan itu, Bush menyadari bahwa Iran dalam 15 hingga 20 detik seluruh kapal perang Amerika di Teluk Parsi dapat dihancurkan oleh Iran sekalipun dengan gambaran bahwa Amerika berhasil menyerang Teheran dan Isfahan.



Referensi :
Buku
Ash-Shidiq, Ali. (2009). The Story Of Hizbullah
Melihat Lebih Dekat Hizbullah Libanon dengan Kaca Mata Islam.
Pustaka Imam Abu Hanifah
Prof. Dr. Bambang Cipto, M. (2011). Dunia Islam dan Masa Depan Hubungan Internasional di Abad 21. Yogyakarta: LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Qassem, Naim. (2005). Blue Print Hizbullah Rahasia Manajemen Ormas Islam Tersukses di Dunia. Jakarta Selatan: PT. Cahaya Insan Suci
Website